Jumat, 11 Mei 2012

Tanamkan Nasionalisme Sejak Dini pada Generasi Muda Melalui Peran Aktif Guru


 Cinta tanah air ditumbuhkan dan ditnamkan di kalangan generasi muda, pelajar, mahasiswa pengusaha dan masyarakat pada umumnya. Dengan melihat perkembangan generasi muda dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi disegala bidang setelah 67 tahun Indonesia merdeka, sebenarnya bangsa ini sudah pantas mendapat sanjungan. Apalagi sekarang dengan adanya program teknologi informasi dan komunikasi yang mulai digalakkan di pendidikan pra sekolah hingga pendidikan menengah dan atas.
Hal ini sudah tentu akan sangat bermanfaat untuk kepentingan pembangunan dan meningkatkan intelektualitas bangsanya. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dipastikan banyak sisi positif yang dapat dinikmati, yaitu bukan hanya akan memicu munculnya kaum cendekiawan yang handal, akan tetapi harapan untuk menjadi bangsa yang maju dan modern yang setara dengan bagsa lain akan segera terwujud di negeri yang kita cintai ini.
Namun demikian sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, tentunya terselip juga sistem yang perlu kita waspadai dan perlu kita kawatirkan bersama munculnya generasi muda yang tidak proposional. Generasi muda yang tidak dilandasi dengan rasa nasionalisme yang kuat, maka tidak tertutup kemungkinan hal ini justru akan menjadi batu sandungan atau halangan bagi kemajuan negara dan bangsanya. Yang akhirnya akan merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti yang sedang dialami bangsa Indonesia saat ini. Rusaknya kemapanan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini juga tidak terlepas dari keterlibatan generasi muda yang telah menyalahgunakan keahlihannya untuk tindakan tidak terpuji yang dapat merugikan bangsa dan negara.
Perkembangan masa remaja merupakan masa penuh kewaspadaan dan kekhawatiran. Dampak sistem globalisasi bagi generasi muda sering kali menerpa kehidupan mereka mulai dari memuja kebebasan tanpa batas hingga melakukan jalan pintas untuk mencapai tujuan. sebagian remaja mengisi hidupnya dengan hura-hura, menikmati pola hidup bebas tanpa melihat aturan, dan menjadikan hidup sebagai bagian dari kesenangan. Gaya hidup yang sedemikian rupa ini membuat kaum muda menjadi lemah, tidak kokoh dan tidak ulet.
Pada saat keadaaan ekonomi yang melilit, kesulitan mencari lowongan pekerjaan, keahlihan minim, serta keilmuan rendah, berbagai cara yang cepat untuk bisa mendapat uang serta kesenangan akan langsung dijalani tanpa memperdulikan resiko ke depan. Bukannya dengan belajar giat untuk mencapai cita-cita, atau bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka malah mengambil jalan pintas.seperti kita lihat di berita-berita yang ditayangkan ditelevisi banyak generasi muda menjadi penjual dan pengkonsumsi narkoba serta menjadi wanita penghibur. Mentalitas sistem yang mereka miliki tanpa bekerja keras berdampak tinggi pada kehidupan di masyarakat. Mereka ingin hidup mewah tanpa mengalami penderitaan akibat kerasnya bekerja, mereka menginginkan materi berlimpah, tetapi sebenarnya tak mampu secara materi, maka apa pun akan dilakukan halal atau haram hanya demi kesenangan hidup.
Menyikapi keadaan tersebut kita sebenarnya mempunyai cara untuk dapat mencegah sekaligus memperbaiki bagi yang sudah terlambat. Dalam era kemajuan zaman seperti sekarang ini sebenarnya kita mempunyai tenaga pendidik yang professional, terdidik, dan terampil yang sudah tersebar di seluruh daerah di Negara yang kita cintai ini. Para pendidik hendaknya ikut mencegah lunturnya rasa nasionalisme yang akan berdampak negatif pada generasi muda, pendidik yang dapat kita sebut juga sebagai guru sebaiknya juga dapat mencermati gaya hidup generasi muda yang salah dalam menerapkan kebebasan, seperti pornoaksi, dan kecenderungan mengambil jalan pintas.
Guru memiliki kewenangan sebagai pembimbing, pengajar dan terutama sebagai pendidik di sekolah. Walaupun sebetulnya tidak tidak selalu guru yang harus memberi bimbingan kepada anak didiknya, orang tua serta masyarakat juga dimana mereka tinggal. Namun, permasalahan akan komplek seandainya nasionalisme ini tidak dimiliki oleh orang tua mereka sendiri, atau masyarakat yang ada di mana mereka tinggal. Tentu bukan merupakan hal mudah bagi guru dalam membimbing siswa-siswanya. Guru, orang tua , masyarakat, serta stakeholder lainya harys bekerjasama dalam mengatasi masalah ini.
Memang harus disadari bahwa sesungguhnya masa depan merupakan milik generasi muda. Ia adalah lanjutan masa kini dan merupakan hasil masa lampau. Dalam hubungan ini, pembinaan dan pengembangan generasi muda harus menanamkan kepekaan terhadap masa depan untuk dapat menyadari masa mendatang sebagai kelanjutan masa kini. Nasionlisme di mata generasi muda setelah merdeka mempunyai makna sistem berbeda dari generasi yang mengalami dan terlibat dalam perang kemerdekaan.
Bagi generasi muda, nilai rasa nasionalisme sebaiknya dapat diberikan sedini mungkin, melalui pendidikan nilai yang dimulai dari jenjang dasar hingga perguruan tinggi. Maka diharapkan rasa dan semangat nasionalismeakan munculdan dapat terbina dengan, serta mampu menjadi tumpuan dan sistem keyakinan diri generasi muda Indonesia dalam kehidupan berkebangsaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar