Rabu, 09 Mei 2012

MENANAMKAN KESADARAN HUKUM DAN KEPATUHAN HUKUM


Ditulis oleh Dian Khifyani, pada 08-09-2011 14:14
Dilihat : 948
Favorit : 22
MENANAMKAN KESADARAN HUKUM DAN KEPATUHAN HUKUM



Kesadaran hukum itu kiranya dapat dirumuskan sebagai kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu atau apa hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita yang membedakan antara hukum dan tidak hukum (on recht) antara yang seyogyanya dilakukan dan tidak dilakukan.

Kesadaran hukum adalah kesadaran tentang apa yang seyogyanya kita lakukan atau yang seyogyanya tidak kita lakukan terutama terhadap orang lain. Ini berarti kesadaran akan kewajiban hukum kita masing-masing terhadap orang lain.

Kesadaran hukum itu berarti juga kesadaran tentang hukum, kesadaran bahwa hukum merupakan perlindungan kepentingan manusi: menyadari bahwa manusia mempunyai banyak kepentingan yang memerlukan perlindungan hukum.

Kesadaran hukum perlu dibedakan dari perasaan hukum. Kalau perasaan hukum itu merupakan penilaian yang timbul secara serta merta (spontan) maka kesadaran hukum merupakan penilaian yang secara tidak langsung diterima dengan jalan pemikiran secara rasional dan berargumentasi. Sering kesadaran hukum itu dirumuskan sebagai resultante dari perasaan-perasaan hukum di dalam masyarakat.

Jadi kesadaran hukum tidak lain merupakan pandangan-pandangan yang hidup dalam masyarakat tentang apa hukum itu. Pandangan-pandangan hidup dalam masyarakat bukanlah semata-mata hanya merupakan produk dari pertimbangan-pertimbangan menurut akal saja, akan tetapi berkembang di bawah pengaruh beberapa faktor seperti agama, ekonomi, politik dan lain sebagainya.

Akhir-akhir ini banyak dipermasalahkan tentang merosotnya kesadaran hukum. Pandangan mengenai merosotnya kesadaran hukum disebabkan karena akhir-akhir ini banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum dan ketidakpatuhan hukum.

Kalau kita mengikuti berita-berita dalam surat kabar, maka boleh dikatakan tidak ada hati lewat dimana tidak dimuat berita tentang terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum. Berita-berita tentang penipuan, penjambretan, penodongan, pembunuhan, korupsi, kredit macet, manipulasi dan sebagainya setiap hari dapat kita baca dalam surat kabar. Yang menyedihkan ialah bahwa tidak sedikit orang yang seharusnya menjadi panutan, orang yang tahu hukum melakukannya, baik ia petugas penegak hukum atau bukan. Yang mencemaskan ialah bahwa meningkatnya kriminalitas bukan hanya dalam kuantitas dan volumenya saja, tetapi juga dalam kualitas atau intensitas serta jensinya. Tidak hanya pelanggaran hukum atau ketidakpatuhan hukum saja yang terjadi tetapi juga penyalahgunaan hak dan/atau wewenang.

Karena peristiwa-peristiwa tersebut di atas dapatlah dikatakan secara umum bahwa kesadaran hukum masyarakat dewasa ini menurun. Pada hakekatnya kesadaran hukum itu tidak hanya berhubungan dengan hukum tertulis. Tetapi dalam kaitannya dengan kepatuhan hukum, maka kesadaran hukum itu timbul dalam proses penerapan hukum positif tertulis.

Kepatuhan hukum adalah ketaatan pada hukum, dalam hal ini hukum yang tertulis. Kepatuhan atau ketaatan ini didasarkan pada kesadaran. Hukum dalam hal ini hukum tertulis atau peraturan perundang-undangan mempunyai pelbagai macam kekuatan, kekuatan berlaku atau “rechtsgeltung”.

Kalau suatu undang-undang itu memenuhi syarat-syarat formal atau telah mempunyai kekuatan secara yuridis, namun belum tentu secara sosiologis dapat diterima oleh masyarakat, ini yang disebut kekuatan berlaku secara sosiologis. Masih ada kekuatan berlaku yang disebut “filosofische rechtsgetung”, yaitu apabila isi undang-undang tersebut mempunyai ketiga kekuatan berlaku sekaligus.

Orang akan patuh atau taat pada hukum apabila ia sadar bahwa hukum itu berfungsi untuk melindungi kepentingan manusia baik sebagai individu termasuk dirinya sendiri maupun kelompok.

Kepatuhan merupakan sikap yang aktif yang didasarkan atas motivasi setelah ia memperoleh pengetahuan. Dari mengetahui sesuatu, manusia sadar, setelah menyadari ia akan tergerak untuk menentukan sikap atau bertindak. Oleh karena itu dasar kepatuhan itu adalah pendidikan, kebiasaan, kemanfaatan dan identifikasi kelompok. Jadi karena pendidikan, terbiasa, menyadari akan manfaatnya dan untuk identifikasi dirinya dalam kelompok manusia akan patuh.

Jadi harus terlebih dahulu tahu bahwa hukum itu ada untuk melindungi dari kepentingan manusia, setelah tahu kita akan menyadari kegunaan isinya dan kemudian menentukan sikap untuk mematuhinya.

Dalam usaha kita meningkatkan dan membina kesadaran hukum ada tida tindakan pokok yang dapat dilakukan.
a.    Tindakan represif, ini harus bersifat drastic, tegas. Petugas penegak hukum dalam melaksanakan law enforcement harus lebih tegas dan konsekwen. Pengawasan terhadap petugas penegak hukum harus lebih ditingkatkan atau diperketat. Makin kendornya pelaksanaan law enforcement akan menyebabkan merosotnya kesadaran hukum. Para petugas penegak hukum tidak boleh membeda-bedakan golongan.
b.    Tindakan preventif merupakan usaha untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum atau merosotnya kesadaran hukum. Dengan memperberat ancaman hukum terhadap pelanggaran-pelanggaran hukum tertentu diharapkan dapat dicegah pelanggaran-pelanggaran hukum tertentu. Demikian pula ketaatan atau kepatuhan hukum para warga Negara perlu diawasi dengan ketat.
c.    Tindakan persuasif, yaitu mendorong, memacu. Kesadaran hukum erat kaitannya dengan hukum, sedang hukum adalah produk kebudayaan. Kebudayaan mencakup suatu sistem tujuan dan nilai-nilai hukum merupakan pencerminan daripada nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat. Menanamkan kesadaran hukum berarti menanamkan nilai-nilai kebudayaan.

Pendidikan tetang kesadaran hukum hendaknya diberikan secara formal di sekolah-sekolah dan secara non formal di luar sekolah kepada masyarakat luas. Yang harus ditanamkan dalam pendidikan formal maupun non formal ialah bagaimana menjadi warga Negara yang baik, tentang apa hak dan kewajiban seorang Warga Negara Indonesia. Setiap warga Negara harus tahu undang-undang yang berlaku di negara kita. Pengetahuan tentang adanya dan isinya harus diketahui untuk menimbulkan kesadaran hukum. Ini merupakan presumsi hukum, merupakan azas yang berlaku. Dengan mengenal undang-undang maka kita akan menyadari isi dan manfaatnya dan selanjutnya mematuhinya. Lebih lanjut ini semuanya berarti menanamkan pengertian bahwa di dalam pergaulan hidup kita tidak boleh melanggar hukum serta kewajiban hukum, tidak boleh berbuat merugikan orang lain dan harus bertindak berhati-hati di dalam masyarakat terhadap orang lain.

Pendidikan non formal ditujukan kepada masyarakat luas meliputi segala lapisan. Menanamkan kesadaran hukum dengan cara ini dapat dilakukan dengan penyuluhan, baik dengan cara penerbitan buku saku, ceramah, penulisan artikel maupun pembinaan kadarkum.

Tetapi yang lebih penting lagi kiranya kalaulah semua Warga Negara Indonesia mengamalkan ilmu hukum yang diperolehnya baik dari pendidikan formal maupun non formal. Ilmu hukum yang diperoleh itu harus diamalkan (ilmu yang amaliah) dan amal itu harus ilmiah (amal yang ilmiah).



Nganjuk, 25 Juli 2011

KEPALA BAGIAN HUKUM

  
Ir. SUWONDO, SH

SEPUTAR KABUPATEN NGANJUK

 
PERATURAN DAERAH
Nomor Tahun Perihal
09 2010 APBD 2011
08 2010 Pajak Daerah
07 2010 PT BPR Anjuk Ladang
06 2010 PDAM
05 2010 Biaya Transportasi Jemaah Haji
04 2010 Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2010
01 2010 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2010
04 2009 Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun 2008
03 2009 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
02 2009 Retribusi Pelayanan Kesehatan
01 2009 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2009
 
 

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Penyakit ini disebabkan oleh suatu virus yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti.

Manifestasi penyakit

Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini, yaitu :

* Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
* Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
* Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung, mulut, dubur dsb.
* Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok pada bentuk ini sering terjadi kematian.

Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.

Pengobatan.

Pengobatan terhadap penyakit ini terutama ditujukan untuk mengatasi perdarahan, mencegah/mengatasi keadaan syok / presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infus.
Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau pemberian antipiretika

Pencegahan.

Pencegahan dilakukan dengan MENGHINDARI GIGITAN NYAMUK di sepanjang siang hari (pagi sampai sore) karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan menghindari berada di lokasi-lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Bila memang sangat perlu untuk berada di tempat tersebut KENAKAN PAKAIAN YANG LEBIH TERTUTUP, celana panjang dan kemeja lengan panjang misalnya. GUNAKAN CAIRAN/KRIM ANTI NYAMUK (MOSQUITO REPELLANT) yang banyak dijual di toko-toko, pada bagian badan yang tidak tertutup pakaian.

Awasi lingkungan di dalam rumah dan di halaman rumah. Buang atau timbun benda-benda tak berguna yang menampung air, atau simpan sedemikian rupa sehingga tidak menampung air. Taburkan serbuk abate (yang dapat dibeli di apotik) pada bak mandi dan tempat penampung air lainnya, juga pada parit / selokan di dalam dan di sekitar rumah, terutama bila selokan itu airnya tidak / kurang mengalir. Kolam / akuarium jangan dibiarkan kosong tanpa ikan, isilah dengan ikan pemakan jentik nyamuk. Semprotlah bagian-bagian rumah dan halaman yang merupakan tempat berkeliarannya nyamuk, dengan obat semprot nyamuk (yang banyak dijual di toko-toko) bila tampak nyamuk berkeliaran di pagi/ siang/ sore hari.

Bila ada salah seorang penghuni yang positif atau diduga menderita DBD, segera semprotlah seluruh bagian rumah dan halaman dengan obat semprot nyamuk di pagi, siang dan sore hari, sekalipun penderita tersebut sudah dirawat di rumah sakit. Hubungi PUSKESMAS setempat untuk meminta fogging di rumah-rumah di lingkungan setempat.

Pencegahan secara massal di lingkungan setempat dengan bekerja sama dengan RT/RW/Kelurahan dengan PUSKESMAS setempat dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), Fogging, atau memutuskan mata rantai pembiakan Aedes aegypti dengan Abatisasi.

KIAT MENJAGA GINJAL DI USIA MUDA

Semakin tahun, jumlah penderita penyakit ginjal semakin meningkat. Tiap bulan ada 300 sampai 400 setiap bulannya yang berobat di Surabaya. Di Indonesia, 340 ribu penderita gagal ginjal kronis dan akhirnya meninggal.

Lalu bagaimana kiat menjaga kesehatan ginjal di usia muda? Ahli penyakit dalam RSU dr Soetomo Surabaya, Prof Dr dr Doddy Soebadi SpBU RSU dr Soetomo Surabaya memberikan tips-tipsnya.

Bila seseorang terkena batu batu ginjal (kalsium oksalat) sebaiknya menghindari bayam, coklat, minuman cola, bir, kacang, strawberry, gandum, teh dan kopi.

Makanan yang menyebabkan batu ginjal, juga asam urat, harus pula dihindari, seperti jeroan, kambing, emping mlinjo dan sefood. "Bila terpaksa harus memakan makanan tersebut, harus diimbangi dengan minum air putih 2,5 sampai 3 liter per hari," katanya saat berbincang-bincang kepada detiksurabaya.com, Kamis (12/6/2008).

Pencegahan penyakit ginjal, jelas Prof Doddy, sebenarnya sangat mudah. Minum air putih tiga sampai lima liter per hari, olahraga rutin dua sampai tiga kali sehari. Minum susu sari kedelai juga baik untuk pencegahan penyakit ginjal.

"Segera datang ke dokter urologi atau ginjal bila ada keluhan, nyeri pinggul atau kencing terasa nyeri," katanya.

Kedua, pemberian obat duaretika untuk memperlancar kencing. Sedangkan untuk penderita asam urat, bisa diminumi air soda. "Minum 3 sampai 3,5 liter air, jangan banyak makan daging. Roti gandum baik, demikian juga fiber sangat penting. Susu boleh diminum, tapi maksimun dua sampai tiga gelas. Suplemen juga boleh, tapi harus dengan saran dokter," jelasnya. (fat/s21)


sumber : http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Health+News&y=cybermed|0|0|5|4555

DOWNLOAD BUKU-BUKU NAHDLATUL 'ULAMA'

Silakan klik pada masing-masing judul untuk mengunduh buku-buku NU berikut ini :
Abdurrahman Wahid - Ilusi Negara Islam
Abdurrahman Wahid - Islamku, Islam Anda, Islam Kita
Sahal Mahfudh - Nuansa Fiqh Sosial
Ahmad Baso - NU Studies
Nurcholis Madjid - Bilik-bilik Pesantren
Gus Dur, NU dan Masyarakat Sipil
Memahami Gus Dur
Metamorfosis NU Dan Politisasi Islam di Indonesia
Musykilat Dalam NU
Kritik Turas - Seputar Kritik Metodologi
NU dan Islam di Indonesia
NU dan Pancasila
NU dan Perkembangan Islam di Indonesia
NU: Tradisi, Relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru
NU: Traditional Islam and Modernity in Indonesia
Sejarah Perjalanan IPPNU
Tabayun Lek Dur

Buku Ensiklopedia NU Bakal Dirilis Juni

AMBON, STANDARD berita.com – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) sedang menyiapkan buku ensiklopedia yang menceritakan perjalanan panjang organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut. Buku itu diharapkan menjadi referensi terlengkap tentang NU masa lalu hingga sekarang.
“Sebagai sebuah ormas Islam terbesar di seluruh dunia, jumlah warga NU diperkirakan mencapai lebih dari 70 juta orang, maka sudah selayaknya Nahdlatul Ulama dicatat dan didokumentasikan dalam sebuah Ensiklopedi,” kata ketua umum PB NU Said Aqiel Sirajd dalam siaran persnya yang diterima Selasa (5/4).
Menurut Said Agiel Siradj, ensiklopedia NU ditujukan untuk merangkum pengetahuan, mendorong minat kajian, dan pengembangan NU.
“Penerbitan ensiklopedi ini saya rasa akan bisa menjadi monumen pengetahuan dan “babad” kontemporer yang merekam sejarah, tokoh, dan khasanah pesantren secara obyektif, akurat, dan komprehensif. Diharapkan juga ensiklopedia ini bisa menjadi referensi terlengkap bagi organisasi ini,” katanya.
Sementara itu, ketua PBNU M Imam Azis yang menjadi salah satu pemrakarsa penerbitan, mengatakan buku berjudul “Ensiklopedia Nahdlatul Ulama: Sejarah, Tokoh, dan Khasanah Pesantren” ini akan diluncurkan pada pertengahan Juni.
“Peluncurannya akan dilakukan pada saat peringatan harlah Nahdlatul Ulama,” katanya.
Imam Azis menekankan ensiklopedia itu menjadi proyek monumental yang akan tercatat sepanjang sejarah NU.
“Sudah lama kami ingin menerbitkan karya ini, tapi kami selalu terkendala masalah pendanaan yang cukup besar,” ujarnya. Kendala itu, lanjutnya, terkait kegiatan riset teks dan foto yang banyak dilakukan di Belanda, Prancis, dan Jepang. Data tentang NU masa lampau itu banyak berserakan dan tercecer di luar negeri sehingga harus dilakukan riset dan penulisannya menghabiskan waktu hampir 1,5 tahun. (ant/q4)

LOGO NU DAN BANOM










Bung Hatta sebagai Model Kepemimpinan Bangsa

Achmad Zamzami Amf
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama
http://www.ipnu.or.id/onefiles/ipnu_or_id/dinamic/thumb/1333519327.JPGSorotan tajam, kepemimpinan yang belum menciptakan iklim dimulainya suatu pemerintahan yang bersih ke dalam serta membangkitkan gelombang kebersihan ke seluruh birokrasi serta lingkungan masyarakat, termasuk elite politik maupun masyarakat bisnis.
Lagi-lagi tergiang kata bersayap pujangga Friedrich von Schiller yang sering dikutip Bung Hatta “zaman besar telah dilahirkan abad, tetapi zaman besar itu hanya menemukan manusia kerdil”. Sekurang-kurangnya suatu zaman pancaroba dan zaman peralihan menerpa bangsa Indonesia. Seorang pemimpin diperlukan. Pemimpin macam apa.
Pertanyaan pemimpin macam apa semakinmendesak, ketika orang melihat ke kiri dan ke kanan dan tidak pula merasa menemukan sosok yang sepadan dengan tangtangan zaman. Suatu hasil polling menunjukkan dari kalangan muda pun, sosok-sosok pemimpin belum tampil secara meyakinkan.
Demikianlah, pemimpin disorot sebagai persoalan besar yang dihadapi bangsa. Suatu konsidensi yang mencerahkan pun tiba. Pada tanggal 12 Agustus 2002 genaplah usia Bung Hatta. Peringatan seabad pejuang, pendiri bangsa dan koproklamator bergaung luas dan marilah kita cerna agar bergaung mendalam pula.
Zaman besar di masa lampau, yakni zaman kebangkitan, pergerakan dan perjuangan kemerdekaan telah berhasil menemukan orang-orang besar pula. Mereka itulah para penggerak dan pendiri bangsa. Beberapa mencuat dan menonjol di atas rekan-rekan se zamannya. Seorang di antaranya adalah Mohammad Hatta.
Sungguh suatu anugerah zaman, bahwa seabad peringatannya jatuh ketika kita, bangsa Indonesia, sedang membuka mata-telinga, pikiran dan hati untuk belajar dari pengalaman sejarah bangsa sendiri serta pengalaman sejarah bangsa-bangsa lain.
Setiap pemimpin bangsa meninggalkan sosok, kepribadian, karakter, visi, komitmen, serta pergulatan dan suri tauladan yang dapat diambil hikmahnya. Untuk menghadapi pancarobanya perubahan zaman seperti kita jalani sekarang ini, sosok Bung Hatta benar-benar suatu mercusuar.
Ambillah tugas pemimpin yang paling mendesak dewasa ini, ialah menyelenggarakan pemerintah dan pemerintahan yang bersih, yang tidak menyalahgunakan kekuasaan, wewenang, kesempatan, dan koneksi. Dan dengan demikian juga suatu pemerintah yang mau dan mampu menghentikan proses degradasi dan demoralisasi bangsa dalam urutan yang paling sentral dan menentukan yakni penyelenggaraan kekuasaan.
Bung Hatta berpuluh tahun berada di sentral kekuasaan. Ia mempunyai modal pengabdian yang sekiranya ia kemudian akan menagihnya untuk kepentingan pribadi, masyarakat dan lingkungan akan menenggangnya. Ia tidak memanfaatkannya. Ia tidak memanfaatkan sampai akhir hayatnya.
Pemimpin-pemimpin lain jatuh bangun, terutama dalam ranah penggunaan kekuasaan dan kesempatan. Bung Hatta uncorruptable, tak terkorupsikan ketika memegang kekuasaan. Tidak pula memanfaatkan modal pengabdian maupun koneksi, ketika dengan sukarela meninggalkan kekuasaan.
Patut dipelajari, mengapa ia sanggup tak terkorupsikan sementara yang lain-lain, termasuk Bung Karno jatuh bangun. Ada elemen keagamaan pada sosok pribadinya yang difahami serta dihayati secara serius sekaligus dengan pandangan yang tercerahkan oleh pendalamannya terhadap falsafah Barat dan Marxis. Begitu di antaranya, penjelasan Malvin Rose, penulis biografi politik Mohammad Hatta.
Faham dan perjuangannya menegakkan Kedaulatan Rakyat dipengaruhi latar belakang Minangkabau yang egaliter serta lebih bebas dari struktur dan kultur feodal daripada di Jawa. Sesuai pula dengan kepribadiannya yang introver dan kaku, jika ia secara konsisten dan secara konsekuen menempuh jalan lurus.
Namun ada hal lain yang terutama untuk zaman sekarang, perlu ditegaskan. Mohammad Hatta berhasil menumbuhkan pada pribadinya, pilihan dan komitmen asketisme. Yakni asketisme seorang pemimpin. Lagi-lagi kata Malvin Rose, ia mendisiplinkan diri sendiri untuk menekan nafsu dan emosi alamiah dengan cara memusatkan seluruh jati dirinya pada pencapaian kemerdekaan Indonesia.
Ia barulah berkeluarga setelah Indonesia Merdeka. Ia melanjutkan asketismenya dalam menyelenggarakan kekuasaan dan ketika berada di tengah kekuasaan. Kecuali pemahaman, asketisme seperti dihayati oleh Bung Hatta adalah soal pilihan. Memang pilihan itu menjadi bagian bahkan faktor yang menentukan apakah kepemimpinannya berhasil atau tidak Mengenai pilihan ini, sebaiknya ditegaskan dan dipahami. Semua pekerjaan, profesi dan jabatan kecuali pertimbangan dan dimensi pribadi juga mempunyai dimensi kemasyarakatan. Tetapi pastilah berbeda pertimbangan, dimensi serta implikasi dan konsekuensinya, apakah seseorang memilih sebagai ilmuwan, sebagai pebisnis atau sebagai politikus.
Di masa lampau, ketika ekonomi pasar dan konsumerisme global dan lokal belum semerajalela sekarang, pilihan-pilihan lebih sederhana. Tetapi betapapun zaman berubah, terutama dengan merajalelanya konsumerisme dan materialisme kapitalis, toh pilihan-pilihan itu tetap memiliki konsekuensi dan implikasi masing-masing. Termasuk tentu saja anugerah, imbalan serta pengakuannya.Kalau Hatta memilih sebagai pedagang, ia pun akan berhasil amat jauh. Tetapi dengan sadar, sejak muda, ia memilih bidang lain. Bidang pengabdian politik untuk memerdekakan bangsa dan negaranya, untuk mendidik dan mencerahkan rakyat, untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dan keadilan sosial.
Memang lebih berat pilihan menempuh jalur pengabdian politik untuk zaman sekarang. Tetapi, pilihan toh sukarela. Bisa saja, jalur tidak selalu merupakan pilihan yang dipilih secara sadar sejak semula. Apalagi dalam masa peralihan yang berpancaroba, jalur bisa karena untung-untungan.
Tetapi, begitu atau pilihan sadar atau koinsidensi membawanya, harus dipahami dan disadari pilihan jalur politik, kepemimpinan politik pada semua jenjangnya, apalagi pada jenjang–jenjang tinggi, membawa konsekuensi dan implikasinya.
Tentu saja, kebanggaan, imbalan, pengakuan bahkan fulfillment, pemunculan diri dalam pekerjaannya, tetapi ada. Berbeda, tetapi ada dan semuanya membanggakan Pada Hatta dan pemimpin sezamannya, pilihan dibuat sejak muda. Otaknya cerdas. Ketekunannya luar biasa. Mengapa rencana studinya di Belanda yang direncanakan 5 tahun molor menjadi 11 tahun? Ia sibuk memimpin Perhimpunan Indonesia, organisasi orang-orang muda Indonesia yang belajar di Belanda. Ia menghadiri konferensi internasional di mana-mana di Eropa, memperkenalkan cita-cita, perjuangan, dan tujuan Indonesia Merdeka. Ia sekaligus lewat tulisan dan diskusi, merumuskan tujuan Indonesia Merdeka, falsafah Indonesia Merdeka. Ia membina lewat Perhimpunan Indonesia dan forum lain, terwujudnya Indonesia Baru, yang merdeka, berkedaulatan rakyat, adil-makmur, maju, terbuka, hadir secara independen dan aktif dalam pergaulan bangsa-bangsa.
Pilihan sejak muda dan karena itu juga konsekuensinya, yakni persiapan sejak muda, itulah pelajaran lain dari sosok Hatta bagi generasi muda Indonesia. Tidaklah berarti, tidak terbuka pilihan yang menyusul kemudian, tetapi pilihan kemudian pun, harus dipahami konsekuensi, implikasi serta tuntutannya. Bung Karno amat kuat karismanya apalagi untuk rakyat banyak. Bung Hatta bukannya sosok tanpa karisma. Karismanya terhadap rakyat banyak tidak sekuat Bung Karno, tetapi terhadap setiap lingkungannya otoritas dan kredibilitas Hatta terasa. Karisma itu terpancar dari sosok pribadinya yang berintegritas tinggi serta kompeten.
Bung Hatta percaya kepada rakyat. Karena itu, ia konsisten dan konsekuen menegakkan Kedaulatan Rakyat. Ia pun sadar, rakyat perlu dididik. Dididik untuk membaca dan menulis agar terbuka pintu untuk menimba pengetahuan dan pengalaman. Seperti pemimpin pergerakan lainnya, ia mengajar di sekolah, terutama ia juga mengajar lewat media seperti Daulat Rakyat serta pendidikan kader.
Meskipun caranya tidak se-vokal Bung Karno, Hatta pun mementingkan pendidikan karakter rakyat. Mandiri, tahu hak dan kewajiban, mau mengambil tanggung jawab. Dipengaruhi serta dicerahkan lewat pendidikan dan pergaulannya selama 11 tahun sudi dan bergerak di Eropa, Bung Hatta juga sampai pada pemahaman, Indonesia Merdeka bukan saja dalam makna politik, tetapi juga ekonomi, sosial dan budaya. Bung Hatta berulangkali memperingatkan kemungkinan jebakan feodalisme, maka ia pun terus-menerus memperjuangkan demokrasi yang bertumpu pada kedaulatan rakyat.
Sejarah katanya tidak kenal andaikata. Namun sebagai bahan pelajaran dan pengalaman, bukankah Indonesia akan lain fase perkembangnnya, andaikata Bung Karno sebagai Presiden dan pemimpin bangsa serta Hatta sebagai juga pemimpin dengan menyelenggarakan pemerintah. Yang kemudian tidak tersentuh, bahkan tumbuh sebagai jebakan baru adalah proses emansipatoris bangsa dalam bidang sosial dan budaya, terutama dalam kaitannya dengan bangkitnya lagi feodalisme, baik kultur maupun strukturnya. Dalam alam dan suasana itu, baik ekonomi etatisme maupun ekonomi pasar tidak sanggup menghasilkan kemakmuran yang merata bagi rakyat. Yang dihasilkan baik dalam ekonomi etatisme maupun dalam ekonomi pasar adalah kemakmuran untuk orang-seorang yang berada dalam kekuasaannya dan lingkungannya serta kesenjangan besar bagi rakyat banyak.
Bung Hatta terpanggil untuk pembangunan ekonomi yang berkeadilan sosial yang memperbaiki dan meratakan kemakmuran kepada rakyat, memilih jalan koperasi. Tetapi koperasi yang dipilihnya adalah gerakan koperasi di negara-negara Skandinavia. Negara-negara itu bukan berekonomi negara seperti negara-negara komunis. Negara-negara itu, seperti berkembang lebih nyata di kemudian hari, mengacu kepada kerangka referensi ekonomi masyarakat, sebutlah ekonomi pasar sosial. Lagipula, betapapun dimensi politik dalam arti mandat keadilan sosial adalah kental pada ekonomi koperasi, tetapi gerakan itu adalah gerakan dan disiplin sosial ekonomi. Inilah yang juga disalahartikan ketika koperasi diterapkan di negeri kita. Akhirnya sampai sekarang ini, koperasi lebih merupakan lembaga dan gerakan yang kosong dan tidak memadai hasilnya. Bahkan juga terkena imbas salah guna kekuasaan dan kesempatan. Koperasi lebih menyuburkan pengurus daripada anggotanya.
Mengapa sosok kepemimpinan Hatta sangatlah relevan dan aktual untuk menumbuhkan kepemimpinan serta menjawab tantangan masa kini? Karena amatlah jelas, contoh, teladan pimpinan yang kecuali cerdas, cakap, efektif juga bersosok asketis amatlah diperlukan kini dan mendatang. Adalah teladan yang ibaratnya dapat menggerakkan gunung dewasa ini. Di mulai dari pimpinan yang menyinarkan teladan. Segera diikuti oleh suatu kecerdasan dan kecakapan, bahwa untuk memimpin atau menyelenggarakan pemerintah di Indonesia yang berpenduduk besar; berkepulauan majemuk serta mengalami krisis dan pancaroba sekarang ini, diperlukan Tim. Tim pemerintah dan pemerintahan.
Orang-orang bersosok, berkarakter, memiliki kecerdasan dan kecakapan dalam bidangnya yang bekerja sama, menggerakkan roda pemerintahan sehingga tidak sekedar omong dan rapat, tetapi “get things done” terlaksana. Sosok Hatta yang kecuali cerdas dan cakap juga efektif, karena ketekunannya, karena mau mengontrol dan mau check and recheck. Menggerakkan bahkan turun kelapangan secara langsung dan tidak langsung. Karena kehabisan akal, dewasa ini, amat sering kita dengar pernyataan dari mana mulai dan bagaimana? Mengacu kepada Hatta, amatlah jelas jawabannya, mulai dari diri sendiri, bahkan padanya mulai dari diri sendiri secara konsisten dan konsekuen melawan arus. Mulai dari lingkungan masing-masing. Tidak saling menunggu, justru saling mendahului. Di mana rakyat berada dan apa peranannya? Sekali lagi, terutama mengingat kondisi kita dewasa ini, pemimpin dan pemerintahlah yang harus memulai dengan memberi contoh yang efektif. Tetapi, sesuai dengan prinsip Kedaulatan Rakyat serta sesuai dengan tanggung jawab yang juga bergeser kepada publik, masyarakat pun terpanggil mengambil tanggung jawab lebih besar dan lebih efektif. Bukan sekadar melek huruf yang merupakan pendidikan rakyat, kata Bung Hatta, tetapi bahkan juga terutama karakternya. Karakter rakyat. Apakah untuk zaman kita, pendidikan karakter rakyat sama atau kental konotasinya dengan pendidikan masyarakat kewargaan, masyarakat madani, civil society?
Kertas dan karya para Founding Fathers negara lain seperti Amerika Serikat, dikumpulkan dan diterbitkan. Bukan untuk disimpan dalam museum, tetapi untuk bekal pelajaran sejarah dan untuk terus dikembangkan, dikaji ulang serta diperkaya untuk menjawab perkembangan dan tantangan zaman.