Oleh
dicky arsyul s
Lama sudah kita lupa, lama sudah kita lengah, lama sudah
kita terbuai, dan lama sudah kita terperangkap. Kita lupa akan jiwa
nasionalisme, kita lengah akan masuknya kapitalisme, kita terbuai dengan
indahnya rayuan liberalisme, dan bahkan kita telah terperangkap dalam
individualisme yang sama sekali bukan ciri dari kehidupan bangsa ini.
Seberapa cintakah kita pada negri ini?apakah MerahPutih
dipekarangan rumah kita berkibar setiap hari?dapat di pastikan bahwa kita telah
lama menguburkan jiwa nasionalisme kita dalam dalam, bahkan ketika pihak lain
mencoba untuk menggerogoti organ organ tubuh kita, jiwa yang terkubur itu belum
cukup kuat untuk bangkit. Apa yang yang terjadi dengan jiwa ini?mengapa jiwa
ini dapat terkubur begitu dalam?padahal jika melihat kembali perjuangan kakek
buyut kita dalam memerdekakan negri ini, jiwa ini sangat diagung agungkan, jiwa
ini merupakan bambu runcing yang menghujam setiap bentuk penjajahan, jiwa ini
merupakan meriam yang telah meledakan semangat juang para pemuda saat itu, dan
jiwa ini merupakan harimau yang mengaum saat proklamasi kemerdekaan
berkumandang.
Banyak hal yang terjadi selama 64 tahun kebelakang ini,
sebagian besar berpendapat bahwa kita telah mengenyam kemerdekaan selama itu,
sebagian kecil lagi berpendapat justru hingga saat ini kita masih belum bisa
memerdekakan diri. Apapun pendapat yang berkembang itu sah sah saja tergantung
bagaimana kita memaknai kata merdeka itu sendiri. Namun jika kita masih merasa
bangga memakai peralatan olahraga dengan brand asing tersohor, atau meminum
minuman berlabelkan bahasa asing, maka jangan pernah berkata bahwa kita telah
merdeka, karena sesungguhnya kita masih terjajah oleh sesuatu yang dinamakan
kapitalisme.
Pasar bebas dan globalisasi industri merupakan isu yang
sedang hangat hangatnya diperbincangkan, banyak sekali pihak yang menanti
kedatangan kedua hal tersebut dengan harapan bahwa bisnis mereka akan semakin
maju, kekayaan materil mereka akan tumbuh pesat seperti lumut dimusim hujan,
namun sayang mereka tidak pernah berpikir akan dampak yang terjadi di negri ini
apabila kedua hal tersebut terjadi, masyarakat kita akan semakin memupuk jiwa
konsumtif mereka, hukum hukum perdagangan akan semakin terlihat abu abu, dan
kapal besar ini akan seperti kehilangan nahkodanya, segala sesuatunya akan
semakin sulit untuk dkendalikan.
Saat ini, detik ini, yang ada dipikiran kita mungkin hanya
bagaimana cara memperbanyak jumlah pundi pundi uang kita, bagaimana supaya
hidup sejahtera, dan bahagia selamanya, tidakah terlintas untuk memikirkan
nasib tetangga sebelah kita?pernahkah terpikir bahwa diujung jalan rumah kita
terdapat keluarga yang sedang kelaparan?atau dipemukiman seberang komplek kita
terdapat sekelompok anak yang putus sekolah karena tidak memiliki
biaya?sedangkan kita saat ini sedang asik berbelanja, jalan jalan, dan
merencanakan sebuah pesta meriah untuk malam ini, padahal tepat didepan tong
sampah rumah kita terdapat seorang ayah yang sedang berusaha sekuat tenaga
berharap menemukan beberapa sampah plastik hanya untuk membeli sebungkus
makanan untuk keluarganya yang sedang mengerang lapar dirumah yang beratapkan
kardus usang. Inikah ciri sosial bangsa kita?inikah bukti materi toleransi,
tolong menolong, tepo seliro yang kita pelajari dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi?
Jika saat ini kita tersadar akan sesuatu, sesuatu untuk
lebih mencintai tanah air ini, tanah air yang menjadi tempat kita tumbuh
berkembang, maka itu adalah tanda bangkitnya jiwa nasionalisme kita yang telah
lama terkubur, jika kita merasa mencintai negri ini dan kita bangga memakai
produk nasional maka MerahPutih telah menyelimuti jantung ini, jika kita
semakin peduli akan kondisi teman atau saudara terdekat kita maka MerahPutih
yang menyelimuti jantung kita akan mulai berkibar kembali. Ambilah bendera
MerahPutih kita, lalu pasangkan tepat didepan pekarangan rumah, jangan biarkan
apapun menghalangi kibarnya, biarkan setiap mata memandang dan mengagumi
kegagahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar